Selasa, 21 Oktober 2014

Lewat Pentas Seni, UMM Apresiasi Budaya Tionghoa

PERAYAAN hari jadi Institut Konfusius (Confucius Institute Day) yang ke-10 di Universitas Muhamamdiyah Malang (UMM) menjadi momen pertemuan budaya Indonesia-Tionghoa. Perayaan yang berlangsung di Aula BAU UMM, Jumat akhir pekan lalu (17/10) itu dikemas dengan pertunjukan seni yang menampilkan tarian dan lantunan lagu yang dibawakan para seniman Guanxi Normal University, China, di hadapan ratusan mahasiswa UMM.
      Pesta seni ini menampilkan tiga nyanyian rakyat, empat tarian klasik dan modern, serta dua pertunjukan alat musik yang semuanya menggambarkan kekhasan Tionghoa. Deputi direktur International Office Guanxi Normal University Wang Guang Lu berharap, kegiatan ini bisa menjadi jembatan komunikasi antara China dan Indonesia, karena menurutnya, setiap pertunjukan yang ditampilkan memiliki arti sejarah yang kuat bagi etnis Tionghoa.
      Wang menambahkan, Institut Konfusius merupakan lembaga pengembangan bahasa Mandarin yang memiliki 457 pusat bahasa yang tersebar di 222 negara di dunia. “Untuk itu kami berterima kasih pada UMM karena telah menjadi perwakilan Indonesia dalam mengakrabkan budaya kami pada masyarakat di sini,” ujarnya.
      Salah satu mahasiswi China yang saat ini kuliah di UMM Zhang Lidong bangga bisa turut mengenalkan budaya asalnya di UMM. “Walaupun hanya jadi translator, saya senang, artinya kan kemampuan bahasa Indonesia saya ada manfaatnya dalam mengenalkan budaya negara saya,” papar Zhang yang saat ini tengah mempelajari bahasa dan budaya Indonesia di UMM.
      Lebih dari itu, menurut peniliti asal Uzbekistan yang saat ini tengah mengikuti program internship di UMM, Markhabo Djumanova, pentas seni ini sangat berguna baginya karena saat ini ia tengah meneliti tentang pendidikan lintas budaya di Indonesia. “Sangat menyenangkan bisa menyaksikan keragaman budaya yang kaya di UMM. Ini memudahkan saya dalam melakukan riset.”
      Asisten Rektor UMM Bidang Kerjasama Soeparto mengaku bahagia karena UMM dipercaya ambil bagian dalam gelaran yang penuh dengan nuansa Tionghoa ini. “Ini menunjukkan bahwa perbedaan adalah sesuatu yang menarik untuk dinikmati. Berbagai pertunjukan seni yang baru saja saya lihat menjadi bukti bahwa sekalipun kita berbeda, kita punya rasa yang sama dalam melihat keindahan,” pungkasnya. (ger/han)

Sumber

Tidak ada komentar: